Kamis, 30 Oktober 2014

My Fanfiction | My First Song "For You" | Chapter 1


Main Cast  :  Shin WooHyun, Park MyoRa, and Kim Joongki.
Other Cast  :  Lee YoonMi, Hwang Jaesuk, Hatsune Yuiko, etc.
Rated  :  T
Genre  :  Friendship/Family/Romance/Comedy(maybe)/Hurt/Comfort
Title  :  My First Song “For You”

Chapter  1  ;  My Friend

Normal POV’s

“Pada minggu lalu, Senin, 18 Agustus 2015. Terjadi sebuah kecelakaan tunggal yang menyebabkan korban terluka dibagian wajah, khususnya mata. Sehingga korban harus dilarikan ke Rumah Sakit. Dilihat dari pakaian yang korban kenakan, ia adalah siswa Busan Art High School (BAHS). Kecelakaan ini terjadi di Jl. Gwangryeo 2 dekat dengan Kedai ‘My Ramyeon’ dan –“

Cklik –(Suara TV dimatikan)

“Hmm… M-mianhae. Ini semua salahku. Kalau saja WooHyun Oppa tidak berangkat menjemputku pulang, pasti ini tidak akan terjadi.”

“Sstt.. Ani, ini bukan salahmu. Kita tidak akan tau apa yang terjadi di waktu yang akan datang. Lagipula, aku ini kan Kakakmu. Jadi sudah kewajibanku menjemputmu pulang sekolah, Yubin. Sudah, Ajusshi sudah datang. Jadi, sebaiknya kau tunggu di luar saja, ne.” ucap seorang namja bernama WooHyun yang terbaring dikasur Rumah Sakit kepada adik tercintanya.

Skip-

Dilepaslah perban yang melilit di kepala pasien, dan kapas khusus yang menutupi mata kirinya. Dan terbukalah matanya secara perlahan.

“Bagaimana, berfungsi tidak?” tanya ajusshi-nya WooHyun yang juga sebagai dokter itu.

Sambil mengedipkan mata perlahan dan menengok ke segala arah, diapun menjawab, “Ne, mata ini berfungsi sama persis dengan mataku. Gomawo, ajusshi.”

[Keesokan harinya]

WooHyun POV’s

“Bwahahaha, kau terlihat lebih tampan saat memakai penutup mata itu. Sampai-sampai aku ingin menjauhimu!”

“Yak! Kau mau main bajak laut, ne?! Haha!”

Sederet ejekan dan hinaan terus terlontar dari siswa-siswi yang aku lewati. Jujur, ini benar-benar sakit. Tapi aku tetap berusaha mengabaikan mereka. Lalu, akupun sampai di kelasku.  Tapi… Hanya ada seorang yeoja berkacamata besar, dengan rambut diikat kesamping kanan dan kiri dipundak. Hanya yeoja itu seorang yang berada di dalam kelas. Dia bernama park MyoRa.

‘Eoh? Semuanya kemana?’ batinku bingung, sambil berjalan ke arah MyoRa yang sedang duduk di bangkunya sambil mendengarkan musik melalui earphone.

“Yang lain sedang di ruang ganti. Karena sekarang waktunya olahraga renang. Ngomong-ngomong, apa matamu sudah baikan? Dan kudengar kepalamu juga sempat diperban. Gwencanayo?” ucap MyoRa, menjawab semua kebingunganku. Daebak. Padahal aku belum bertanya kepadanya, tapi dia sudah langsung menjawabnya. Dia seperti tau apa isi pikiranku saat ini.

“Oh… Sepertinya aku tidak bisa ikut renang. Karena mataku ini, belum sepenuhnya membaik. Kepalaku sudah baikan. Sudah kembali seperti semula. Tapi, kenapa kau tidak ikut renang?” ucapku sambil duduk di bangku dekat jendela paling belakang kiri yang berdempetan dengan bangku milik MyoRa.

“Hmm.. Aku turut prihatin atas kecelakaan yang tempo hari menimpamu. Saat semuanya dengar berita tentangmu itu, kami semua benar-benar terkejut. Dan pacarmu, terlihat shock. Untung saja ada pacarmu yang bisa menemanimu di Rumah Sakit. Kau berun-“

“Menemani? Dia tidak pernah menjengukku. Tadi, saat aku bertemu dengannya, dia menghindariku. Kurasa, dia menghindariku karena fisikku yang tampan ini berubah. Aku akan memutuskan hubungan kami. Aku lelah dengan semua kelakuan buruknya itu. Aku tau, apa yang selama ini dia lakukan kepadamu. Aku sudah memarahinya, tapi dia malah membantah.”

“Ommo, dia tidak menjengukmu?Yeoja itu keterlaluan. Tapi, kau terlalu ke Pede-an. Fisikmu itu biasa saja tau.”

“Kau tau, kau satu-satunya yang mau dekat denganku disaat aku menjadi seperti ini. Gomawo, ne. Dan mian, kalau selama ini aku tidak bisa membantumu menghadapi teman-teman yang bersikap buruk terhadapmu. Oh ya, kau belum menjawab pertanyaanku tadi. Kenapa kau tidak ikut renang?”

“Sesama teman tidak boleh memandang dari luarnya saja. Kau tidak perlu mintamaaf, kau kan sudah berusaha. Nado gomawo, ne. Hanya kau yang mau bersikap baik kepadaku. Dan aku sedang tidak enak badan. Lagipula, tanganku kemarin terkilir.”

Skip-

[Jam istirahat]

“Kajja, kita pergi ke kantin. Aku yang traktir.” ucapku sambil menggenggam tangan MyoRa.

Lalu kami menuju ke kantin bersama. Aku tau, banyak yang sedang memperhatikan kami sedari tadi, dengan tatapan mengejek. Kami makan di salah satu bangku kantin yang kosong berdua. Kelihatannya kami ini seperti sepasang sahabat yang sudah lama bersahabatnya. Tapi, yang lain akhirnya tetap mengejek kami.

“Yak! Kalian memang cocok sebagai crazy couple. Haha.. Oh ya, aku ingin putus denganmu. Karena menurutku, kita memang tidak ditakdirkan untuk bersama.” ucap seorang yeoja berambut lurus sepinggang yang tiba-tiba muncul bersama teman-temannya, mengganggu jam makan kami berdua.

“Hmm..Terserah, aku terima itu. Karena sebenarnya nanti aku ingin memutuskanmu juga. Tapi, berhubung kau memintanya duluan, ya baiklah. Aku, dan kau, Lee YoonMi, mulai detik ini sampai selamanya tidak akan pernah memiliki hubungan apapun. Oh ya, bilang saja kalau kau malu memiliki namjachingu bermata satu.” ucapku santai dengan tetap duduk berhadapan dengan MyoRa. Lalu kembali memakan ramyeon-ku.

[Keesokan harinya]

Skip-

[Pulang Sekolah]

“Park MyoRa..”

“N-ne?”

“Gomawo. Kau adalah teman terbaikku.”

“Mm, kau juga teman terbaikku. Nado gomawo.”

“Kajja, kuantar kau pulang. Hari ini aku membawa sepeda motor.”

“ Tapi-“

“Sudahlah, kau kan temanku..”

“Eoh! Hm, baiklah gomawo…”

“Eoh? Kenapa kau malah melamun? Wajahmu tampak seperti orang kecewa..”

“Eoh? A-ani.Gwencanayo. Y-yak! Kenapa kau melepasnya?”

“Sebenarnya, aku sudah lumayan sehat. Mataku ini sudah diganti dengan mata baru.”

“Eoh? Warnanya tampak berbeda. Yang kanan hitam pekat, yang kiri hitam kecoklatan..”

Lalu, kamipun melesat dengan cepat. Memang beginilah caraku mengendarai sepeda motor. Sangat cepat, sepertinya. Jadi, jangan heran kalau nantinyaakan…

Grep-
Refleks, MyoRa melingkarkan tangannya di pinggangku.Kurasa dia begitu karena dia takut terjatuh. Makanya dia begitu.

“Eo-eoh? M-mianhae.. Aku tidak-“

“Ani, bukan salahmu. A-aku yang salah, berkendara dengan mengebut. Mianhae..”

Skip-

“Oh, jadi ini rumahmu? Jauh juga, ne. Kau biasanya naik apa?”

“Aku naik bus. Gomawo, ne. Kalau kau butuh aku, kau boleh kok kesini lagi.”

“Baiklah. Mm, nanti sore, kau sibuk tidak?”

“Mm, kurasa tidak. Wae?”

“Kalau begitu, maukah kau menemaniku mengambil hasil operasi mataku, yang kemarin belum bisa kuambil?”

“Oh, baiklah.Jam?”

Skip-

“Hyunnie~ yeojachingumu manis juga..” ucap Dokter Kang sambil menyeringai senang. “A-ani!!” batahku dan MyoRa bersamaan dengan wajah memerah.“Kalau begitu, kalian langsungkan saja hubungan baru kalian. Ajusshi setuju kok, kalian klop.” ucap Dokter Kang.
Ne… Kami berdua hanya bisa diam dengan lamunan masing-masing setelah mendengar perkataan Ajusshi. Beliau memang begitu orangnya. Selalu meminta para keponakannya untuk cepat-cepat memiliki pasangan.

Skip-

[Beberapa hari kemudian]

Aku dengan santai mengancingkan seragamku di depan cermin. Saat aku akan pamit ke Halmeoni, ternyata Halmeoni sudah pergi duluan untuk berbelanja. Saat aku ingin mengenakan helm di garasi depan, aku teringat perkataan ajusshi tempo hari, ”Sebaiknya, lepas saja penutup mata itu, agar matamu terasa segar dan tidak pengap. Ne…  agar matamu bisa merasakan segarnya udara di musim ini.”

‘Hmm, arraseo.’ batinku, lalu…

[Di sekolah]

Semua orang  yang melihatku terkejut, melihat diriku tidak lagi memakai penutup mata. Lebih tepatnya terkejut melihat warna mataku yang berbeda satu dengan yang satunya.

Skip-

[Di kantin]

Kami asyik bercanda tawa, sambil memakan ddeokbokki. Lalu…

“Yak, WooHyun Oppa! Hari ini kau tampan sekali. Kau tau? Aku… Ingin kembali kesisimu. Aku tidak bisa tidur karenamu, semenjak kita berpisah. Aku menyayangimu, karena kau adalah bintang terindah di hidupku. Maukah kau-“ ucapan YoonMi lalu kupotong.

“Yak, YoonMi-ah! Kau merusak semua makna dari kata-kata yang kau ambil dari film itu. Kau sungguh buruk dalam berakting.” ucapku mengejek. “YoonMi-ah, bukannya kau ikut kelas Theater ne?” tanya Myora. “Lalu, kau mau apa? Salah, kalau aku ikut kelas Theater? Tidak kan!” jawab YoonMi sombong.

“Kalau kau ikut kelas Theater, kenapa kau tidak bisa menipuku dengan aktingmu itu, hah?” ucapku

“A-aku-“ ucap YoonMi. “Lupakan saja diriku.Kau kan masih memiliki Kwangsoo.” ucapku. “Kajja, MyoRa. Kita pergi dari sini.” tambahku seraya menarik tangan MyoRa lembut.

Kami duduk di rerumputan, memandangi ikan-ikan yang berenang di kolam yang berada di depan kami. MyoRa masih sibuk menggerak-gerakkan telunjuknya  di dalam kolam sambil tersenyum kecil. Tiba-tiba..

Byur~

TBC~

NB : Tinggalkan jejak kalian dengan menyisipkan komentar kalian ne, gomawo...

Minggu, 05 Oktober 2014

The Most Inspiring Story | Rantai Kebaikan

Bab : Kebaikan

     Suatu hari, seorang pria melihat seorang wanita lansia berdiri kebingungan di pinggir jalan. Meskipun hari agak gelap, pria itu dapat melihat, bahwa sang nyonya sedang membutuhkan pertolongan. Maka pria itu menghentikan mobilnya di depan mobil wanita itu dan keluar menghampirinya. Mobilnya masih menyala, ketika pria itu mendekati sang nyonya.

     Meskipun pria itu tersenyum, wanita itu masih ketakutan. Tak ada seorangpun berhenti menolongnya selama beberapa jam ini. Apakah pria ini akan melukainya? Pria itu kelihatan tidak baik. Ia kelihatan miskin dan kelaparan. Sang pria dapat melihat, bahwa wanita itu ketakutan, berdiri kedinginan. Ia mengetahui bagaimana perasaan wanita itu. Ketakutan itu membuat sang nyonya semakin kedinginan.

     Kata pria itu, "Saya disini untuk menolong Anda, Nyonya. Masuk kedalam mobil saja supaya Anda merasa hangat. Ngomong-ngomong, nama saya Bryan Anderson."

     Wah, sebenarnya ia hanya mengalami ban kempes, namun bagi wanita lanjut seperti dia, kejadian itu cukup buruk. Bryan merangkak kebawah bagian sedan, mencari tempat untuk memasang dongkrak. Selama mendongkrak itu beberapa kali jari-jarinya membentur tanah. Segera ia dapat mengganti ban itu. Namun akibatnya ia jadi kotor dan tangannya terluka. Ketika pria itu mengencangkan baut roda ban, wanita itu menurunkan kaca mobilnya dan mencoba ngobrol dengan pria itu. Ia mengatakan kepada pria itu bahwa ia berasal dari St. Louis dan hanya sedang lewat di jalan ini. Ia sangat berutang budi atas pertolongan pria itu.

     Bryan hanya tersenyum, ketika ia menutup bagasi mobil wanita itu. Sang nyonya menanyakan berapa harus dibayarnya sebagai ungkapan terima kasihnya. Berapapun jumlahnya tidak menjadi masalah bagi wanita kaya itu. Ia sudah membayangkan semua hal mengerikan yang mungkin terjadi seandainya pria itu tidak menolongnya.

     Bryan tak pernah berpikir untuk mendapat bayaran. Ia menolong orang lain tanpa pamrih. Ia biasa menolong orang yang dalam kesulitan dan Tuhan mengetahui, bahwa banyak orang telah menolong dirinya pada waktu yang lalu. Ia biasa menjalani kehidupan seperti itu, dan tidak pernah ia berbuat hal sebaliknya.

     Pria itu mengatakan kepada sang nyonya, bahwa seandainnya ia ingin membalas kebaikannya, di lain waktu wanita itu melihat seseorang memerlukan bantuan, ia dapat memberi bantuan yang dibutuhkan kepada orang itu, Bryan menambahkan, "Dan ingatlah kepada Saya." Bryan menunggu sampai wanita itu menyalakan mobilnya dan berlalu. Hari itu dingin dan membuat depresi, tapi pria itu merasa nyaman, ketika pulang ke rumah menembus kegelapan senja.

     Beberapa kilometer dari tempat itu, sang nyonya melihat sebuah kafe kecil. Ia turun dari mobilnya sekadar mencari makanan kecil dan menghangatkan badan sebelum pulang ke rumah. Restoran itu tampak agak kotor. Di luar kafe itu ada 2 pompa bensin yang sudah tua. Pemandangan disekitar tempat itu sangat asing baginya.

     Sang pelayan mendatangi wanita itu dan membawakan handuk bersih untuk mengelap rambut wanita itu yang basah. Pelayan itu tersenyum manis, meskipun ia tak dapat menyembunyikan kelelahannya berdiri sepanjang hari. Sang nyonya melihat bahwa pelayan wanita itu sedang hamil hampir 8 bulan, namun pelayan itu tidak membiarkan keadaan dirinya memengaruhi sikap pelayanannya kepada para pelanggan restoran. Wanita lanjut itu heran, bagaimana pelayan yang tidak punya apa-apa ini dapat memberikan suatu pelayanan yang baik kepada orang asing seperti dia. Dan wanita lanjut itu ingat kepada Bryan.

     Setelah wanita itu menyelesaikan makanannya, ia membayar dengan uang kertas $100. Pelayan wanita dengan cepat pergi untuk memberi uang kembalian kepada wanita itu. Ketika kembali ke mejanya, sayang sekali wanita itu sudah pergi. Kemudian ia melihat sesuatu tertulis pada lap di meja itu.

     Ada butiran air mata ketika pelayan itu membaca apa yang ditulis wanita itu, "Engkau tidak berutang apa-apa padaku. Saya juga pernah ditolong orang. Seseorang yang telah menolong saya, berbuat hal yang sama seperti yang saya lakukan. Jika engkau ingin membalas kebaikan saya, inilah yang harus engkau lakukan, 'Jangan biarkan Rantai Kebaikan ini berhenti padamu.' Di bawah lap itu terdapat 4 lembar uang kertas $100 lagi."

     Wah, masih ada meja-meja yang harus dibersihkan, toples gula yang harus diisi, dan orang-orang yang harus dilayani, namun pelayan itu memutuskan untuk melakukannya esok hari saja. Malam itu ketika ia pulang ke rumah dan setelah semuanya beres ia naik ke ranjang. Ia memikirkan tentang uang itu dan apa yang telah ditulis oleh wanita itu. Bagaimana wanita baik hati itu tahu tentang berapa jumlah uang yang ia dan suaminya butuhkan? Dengan kelahiran bayinya bulan depan, sangat sulit mendapatkan uang yang cukup.

     Ia tahu betapa suaminya khawatir tentang keadaan mereka, dan ketika suaminya sudah tertidur disampingnya, pelayan wanita itu memberikan ciuman lembut di kening suaminya dan berbisik lembut dan pelan, "Segalanya akan beres, Aku mengasihimu, Bryan Anderson..."


Sumber : - www.inspirasijiwa.com
                - Buku "Bukan Untuk dibaca"

NB : Tinggalkan jejak kalian dengan menyisipkan komentar kalian ne, gomawo...

Template by:
Free Blog Templates